Setelah muter-muter di area Jalan Kaliurang KM 13, saya dan Emon akhirnya sukses menemukan sebuah tempat wisata yang lagi ngehits di Jogjakarta, namanya Blue Lagoon Tirta Budi! Lokasinya yang tak terlalu jauh dari jalan raya, seringkali membuat saya heran sendiri, kok sumber air ini telat sih populernya? Kabarnya, kurang dari setahun terakhir ini, baru banyak orang yang main di Blue Lagoon. Saya pun tahu Blue Lagoon dari browsing.
Emon |
Awalnya browsing, trus menemukan sebuah sumber air yang cantik banget dengan warna birunya. Lalu, saya dan Emon pun memutuskan untuk mampir dengan sebuah misi besar, yakni mencari belahan hatiku yang tertinggal di sana. Rutenya: Jalan Kaliurang KM 13 belok kanan ke Jalan Besi-Pajang (ada Indomaret di kiri jalan, nah belok saja ke kanan)-lurus sampai melewati tulisan 'Selamat Datang di Desa Wisata Widodomartani)-masih lurus sampai Pasar Pajang-ada pertigaan belok kanan ya- beberapa meter dari pasar, di kiri jalan terdapat baliho Blue Lagoon.
Dari awal perjalanan hingga sampai di lokasi tujuan, berbagai macam drama terjadi. Seperti Emon yang telat gara-gara nyuci, harus ngisi bensin dan angin, dan parahnya, saat kami tiba, tak ada satupun pengunjung yang datang. Sepertinya, gagal sudah misi menemukan Leonardo Dicaprio di Blue Lagoonya Jogja.
Tapi, saya tak ambil pusing. Life goes on. Pantang menyerah dan setia menanti? Akankah saya berhasil menemukan Leonardo Dicaprio-ku? Apakah saya berhasil menggaet seorang pengunjung yang tengah mandi di sana? Akankah Emon juga ikut mandi? Baca cerita selanjutnya saja ya Bro.
Setelah parkir, kami menyadari bahwa tak ada pengunjung lain, hanya kami, sendiri. Rencana untuk mandi suci di dalam sumber air sepertinya akan sukses. Siapa tahu dosa-dosa kami akan luntur dengan jernihya mata air Blue Lagoon. Cukup dengan membayar tiket masuk dan parkir, kami langsung cus ke lokasi. Jaraknya sekitar 500 meter dari tempat parkir, nanti kalian bisa menjumpai gubuk-gubuk yang menjajakan makanan dan penitipan barang.
Peraturan |
Karena puasa dan masih pagi, semua gubuknya tutup! Pos keamanannya pun tutup. Kami benar-benar sendirian dalam kebingungan. Masalah terbesarnya adalah meski kami ingin mandi, kami berdua sama-sama tidak dapat berenang. Lihat saja balihonya, 'hanya orang yang bisa renang saja yang boleh mandi'. Dan tambahan, anak kecil boleh mandi jika diawasi oleh orang tuanya. Nah lo?
Tapi kenapa disediain ban di area Blue Lagoonnya kalau yang tidak bisa renang dilarang mandi? Bahkan, kata ibu-ibu yang ada di depan, sebenarnya juga ada pelampung. Tapi, alih-alih pelampung, kami hanya menemukan 3 ban yang bertebaran di pinggiran Blue Lagoon. Tak apalah, asyik dapet pinjaman gratis, kan gak ada yang jaga kan ya? Sip oke, saya pakai! Peace...
Pas nyemplung di pinggiran setinggi lutut, mak nyesssssss, dingin banget Bro. Ini mah ngalahin dinginnya salju pas winter. Padahal sudah jam setengah sembilan pagi, tapi dinginnya bikin kaku-kaku di tulang. Saya berusaha memasuki Blue Lagoonya sembari menahan dingin.
Blue Lagoon ini terbagi dalam dua tempat, yakni sumber air dengan kedalaman tiga meter (warna biru) dan aliran sumber air sekaligus sungai yang dalamnya sepinggang saya (air dengan warna jernih). Kata ibu-ibu di sana, waktu yang paling pas buat main ke Blue Lagoon adalah saat musim kemarau karena airnya akan berwarna biru. Tapi, saat musim hujan, arinya akan keruh karena bercampur dengan air sungai.
Pas banget nih mainnya, karena airnya benar-benar biru dan super jernih! Tak menyesal saya mandi dalam cuaca dingin seperti ini. Meski telah bernegosiasi dengan Emon panjang lebar, Emon tak jadi berenang. Dia berlagak laiknya Ashton Kutcher di The Guardian, yang mengawasi seorang anak berusia 24 tahun, tak bisa berenang, yang mandi pakai ban, di kedalaman selutut lagi! Luar biasa dedikasimu Emon. Dan satu-satunya pertolongan pertama yang bisa kau lakukan adalah 'tolong, tolong, tolong'. Sungguh niat yang mulia.
Lihat, jadinya seperti orang tua yang mengawasi anaknya lagi berendam kan ya? Inilah salah satu drama dari jalan-jalan kali ini. So cold!
Emon tak jadi mandi dan saya yang tak berani berenang di kedalaman 3 meter meski pakai ban menjadi bukti bahwa anak-anak dengan Shio Kambing memang benci air. Bener banget, dari dulu saya tak suka mandi, dan selalu parno sama yang namanya kolam renang atau sumber air. Jadi, puaskan saja melihat saya berendam di sungai dengan memakai ban ya.
Tak disangka-sangka, satu jam selanjutnya, Leonardo Dicaprio ku datang! Dia begitu lucu, manis, ceria, dan menggemaskan. Tanpa ragu sepertiku, ia langsung lepas pakaian di pinggiran. Saya yang telah lama menantipun, jingkrak-jingkrak bahagia. Leonardo Dicaprioku, sini sama tante....
Eh, ada yang dateng nih? Nglirik |
Adek, sini main sama tante! |
Peace, bercanda kok |
Main sendiri-sendiri ya |
Kita pisah ya mainnya |
Yap, selama saya renang (baca main air) hanya ada 6 pengunjung lain yang benar-benar membuat misi saya berantakan. Betapa tidak, lihat saja statistik pengunjungnya, 1 bapak, 1 ibu, 3 anak perempuan, dan 1 anak laki-laki. Dan semua anaknya, mandi dengan saya di sungai yang dangkal. Oh My God, kapan sih saya bisa berenang? Mungkin karena saya terlalu membumi kali ya, jadi tak cocok hidup di air. Emang primbon?
Misi mencari Leonardo Dicaprio pun gagal, tapi saya dan Emon puas main air, berfoto, curhat sembari berendam, dan menikmati nuansa pedesaan yang asri. Selama puasa, Blue Lagoon ramai saat sore hari. Kalau mau berenang tanpa gangguan, datang di pagi hari saja. Tapi mending bawa teman yang bisa renang, sebagai pengaman nantinya.
Contoh teman gak bisa renang |
Malah minta difoto |
Selesai mandi, saya menuju toliet didekat pintu masuk. Toilet ini jauh lebih bersih daripada toliet yang berlokasi di samping Blue Lagoonya. Bayar 2 ribu, saya telah kembali suci. Kesempatan emas untuk tanya-tanya ke ibunya soal Blue Lagoon.
Toilet |
Kata si ibu, warga sekita tuh pada gak ngerti kalau nama sumber air ini menjadi Blue Lagoon, mereka tahunya Tirta Budi. Jadi kalau kesasar, cerita saja pemandian di dekat Pasar Pajang, pasti akan ketemu. Meski sudah ada sejak lama, Blue Lagoon baru mulai populer setelah Hari Raya Idul Adha tahun ini. Siapa nih yang mopulerin?
Tak hanya berenang, kita juga bisa menginap di homestay sekaligus wisata kuliner ala desa gitu. Tanya saja di bagian tiket masuk ya. Dan yang saya suka dari tempat wisata ini, warganya super ramah dan baik-baik ya. Sumber airnya juga tak pernah surut meski musim kemarau. Jadi bisa datang ke sana kapan saja.
Sebelum muter-muter mengelilingi dunia, misi terdekatku adalah menjelajahi Jogja. Selalu ada yang baru, asyik, seru, ngangenin, epik dan murah di Jogja. Siapa yang tak betah tinggal di Jogja coba?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar