21 November 2014

Cuandi!

Saking banyaknya candi yang mengepung Jogja, aku menyebutnya Cuandi! Jogja memang sadis, kota cantik yang begitu sayang untuk ditinggalkan begitu saja setelah kelulusan. Jogja tak melulu dengan Cuandi Prambanan, karena masih banyak candi-candi lain yang menanti untuk kamu kunjungi. Perjalanan singkat menelusuri jejak-jejak masa lampau ini dimulai. Saya sarankan baca tulisan ini sambil mendengarkan Our Roots dari TTAW, dijamin epik!

SAMBISARI!


Perjalanan kali ini tak akan berbagi sejarah, seperti halnya membaca buku sambil meminum secangkir kopi di cafe favorit, saya ingin menikmati Cuandi Sambisari dengan perasaan yang sama. Hanya jalan-jalan, menikmati rasa kagum dan berfoto. Atau sama halnya dengan kita menggoda seorang pria, tapi tak mau dicium.  Sekedar wisata icip-icip tapi tak mau membeli!


Nuansa megah akan segera menyambut! Awalnya saya berpikir, dimana cuandinya? Setelah berjalan beberapa meter, pucuk cuandi menyembul. Ya, Sambisari memang terletak lebih rendah dari area sekitar, seperti stadion! Penataan yang rapi, membuat cuandi ini enak dipandang mata.

Pengunjung dapat dihitung mata, siang hari memang bukan waktu yang tepat untuk jalan-jalan di cuandi. Hanya ada dua orang bule hunting foto, dan pergi. Sambisari cocok menjadi destinasi wisata murah meriah, cukup dengan membayar parkir Rp 2.000,00 dan mengisi buku tamu, kamu dapat berfoto sepuasnya! Sampai jebol!

Are you ready?

Win-win
Berhubung membawa mukena para wisudawan, saya tak mau melewatkan kesempatan untuk berfoto dengan tema wisuda. Aji mumpung, mumpung sepi. Dengan arahan dari ibu fotografer, Win-win, foto-foto dimulai. Sekaligus curhat, karena gambarpun dapat berbicara dalam diam. 

Lulus? Siapa takut!!

Cari wangsit, saya harus nglamar kerja dimana?

Tau ah gelap!

Puas menikmati terik matahari di Sambisari, saya beranjak menuju destinasi yang tak kalah elok, Sojiwan. Begitu sulit menghafal nama orang, sama halnya dengan cuandi yang satu ini. Sojiwan! Mudahnya, jika ingat nama aktor atau idol Korea Selatan, saya akan ingat dengan cuandi ini. So Jiwan! Yeah!

Setelah mengisi perut di Mie Ayam & Bakso Wonogiri sekitar Kalasan, saya dengan Win-win kembali memacu motor. Sojiwan bukan destinasi utama, jadi kami hanya memfoto dari pinggiran jalan. Nanggung? Gak juga, saya puas hanya dengan melihat dari jauh, tanpa harus memiliki.^^

Kesan pertama? Melihat stupa di pucuk cuandi, saya pikir Sojiwan merupakan cuandi Budha karena terdapat semacam stupa. Lebih jelasnya bisa dicari di google wahai anak internet. Cukup beberapa menit saja kami singgah di cuandi So Jiwan dan beranjak pergi lagi.

Cuandi So...jiwan! (Sojiwan)
Selanjutnya? Banyunibo! Lalu sambutan pertama? Tatapan penasaran Pak Satpam yang melihat kami hunting foto dari pinggir jalan. Keinginan masuk dan menjelajahi cuandi mungil ini harus diurungkan karena waktu yang terus mengejar. Selamat jalan Banyunibo, saya masih penasaran kenapa kau memiliki nama yang unik? (Banyu: air) dan (Nibo: terjatuh?)

Panorama Cuandi Banyunibo

Cuandi Barong
Letak Cuandi Barong terhitung dekat dengan Kraton Ratu Boko (Cuandi Ratu Boko). Kawasan situs ini tengah dipercantik, sama halnya dengan Cuandi Ijo yang telah diberi pagar. Bapak-bapak baik hati menawari kami mampir, tapi apa daya, kami harus segera melanjutkan perjalanan. Langit mulai mendung, kami harus segera bergegas. Jika berkunjung ke situs ini jangan lupa mampir ke sentra pembuatan keripik di Sumberwatu. Teman-teman dapat menikmati keripik pare, terong, bayam, daun singkong dan lain-lainnya sebagai teman minum teh di sore hari. Satu kilo berkisar antara 25 ribu sampai 35 ribu saja. Mau coba?

Selanjutnya?

CUANDI IJO!
Ijo! Ijo! Ijo! Rasanya saya tidak akan pernah bosan dengan cuandi yang satu ini. Ini merupakan kunjungan kedua kami. Sebelumnya kami mengejar sunset, tapi kali ini kami hanya ingin santai menikmati terik. Terletak di dataran tinggi, rasanya seperti memiliki Jogja dalam genggaman. Panorama terlukis dengan apik, angin semilir yang memanjakan mood kamu. Jogja terpampang jelas di depan mata. Banyak pengunjung yang mengejar sunset ataupun sunrise, tapi bagi kami cuandi ini cocok untuk mengobrol. Rasa nyaman membuat kami mengeluarkan curahan hati, seolah-olah tak ada lagi yang mendengar. Kami tidak peduli. 

Panorama Cuandi Ijo
Tiket masuk? Gratis, kecuali jika ingin memberikan uang seiklasnya. Lain kali, saya ingin membawa mie instan untuk Pak Satpam yang mengabdi untuk menjaga situs ini sendirian. Jika ingin beribadah, numpang saja di rumah dinas Pak Satpam ya. Cuandi Ijo terkenal angker lho! Mitosnya, situs ini dijaga oleh RAKSASA yang akan mengintai pelaku tindakan asusila di kawasan ini. Main aman yuk, bagusnya ibadah bareng setelah foto-foto. 

Ini contekan curhat setelah wisuda!


Arca Dewi Ayu
Wi sudah, Kerja?
freeeee without job, I can fly anytime
Curhatan wisuda berakhir, sore mengetuk kulitku untuk segera berkemas. Kami harus pulang. Ya, pulang dan menemui kamar kos yang menyesatkan itu! Aku tak bisa produktif jika mulai memasuki kamar dengan fasilitas VIP dan nyaman! 

Badan lelah, dan Win-win memberikan hadiah terakhir. Cuandi yang menjulang tinggiiii!!!! Sering kita lewati tanpa sadar. Sangat dekat dengan bibir jalan, jika ada niat tak ada salahnya mampir ke Cuandi Kalasan. Tak ada alasan, tak ada cuandi (garing)!


Cuandi Kalasan

Bye-bye

2 komentar:

  1. Candinya masih sepi nih, di daerah mana dan gimana kesananya mba?

    BalasHapus
  2. Ini semuanya dekat dengan Candi Prambanan Mbak, harus naik kendaraan pribadi, kalau ke Jogja aku anter deh!

    BalasHapus