8 Februari 2013

Novel Remaja & Ice Choco


Sahabat saya sore ini,  novel remaja dan Ice Choco

Perjalanan Wonogiri-Yoyakarta tidaklah memakan waktu panjang. Namun, perasaanlah yang membawaku berlalu dengan berat. Kehilangan seseorang seperti halnya mimpi buruk. Saat Anda terbangun, Anda berharap bahwa hal tersebut tidak benar-benar terjadi. Dan saat Anda berjuang berargumen dengan waktu, kebahagian-kebahagian itu telah dicuri. Keserakahan membuatku tidak merasa lebih baik. 

Lima hari menyambut  kerinduan Ibu dan Adik Tercinta merupakan titik balik. Sebuah jalan menyusun puzzle rapuh karena ketidakiklasan. Berlarut-laurt memang bukan solusi dan bukan pula pelarian. Ketegaran itu, selalu Engkau ajarkan padaku, Ibu. Senyum dan doa itu membuatku buta pada putus asa. Dalam rupiah Engkau tegakkan kerja keras. Dan dengan rupiahmu, aku kembali ke Yogyakarta. Menyambut siang.

Selamat siang Purwosari. Stasiun Purwosari nampak gagah menantang jalan yang padat. Bus yang mengantarku dengan anggun, melemparku, lalu berlalu tanpa sesal. Inilah bus idamanku,Si Pemberani. Klakson yang tidak pernah sepi, mengantarkan penumpang pada adrenalin baru,  "Yang Penting Selamat". Sensasi ini membuatku untuk mempertajam pengelihatan. Keahlian para sopir selalu membuatku takjub, selalu ingin duduk terdepan dan menonton kengerian pengendara lain. "minggir,,,awas ...minggir", batinku dengan mata berkaca-kaca saking senangnya. 

Dan saat memasuki Stasiun Purwosari, loket tanpa pembeli langsung kuserbu. Merebut tiket kereta tanpa pesaing dan bersiap-siap untuk menunggu lagi. Di ruang tunggu ku berguru pada sebuah koran. Membaca dan berusaha merebut pengetahuan. "Kring...kring...kring..". tergopoh gopoh ku angkut kardus berisi keripik dan  tempe, mempertahankan oleh-oleh. Sriwedari Express menggoda, meminta untuk dikejar. Untung Hari Jumat, stasiun sepi pengunjung!

Salah satu alasan aku memilih kereta daripada travel maupun bus karena selain lebih murah, saya merasa menemukan rumah untuk alam lamunanku. Satu jam perjalanan berarti suatu langkah untuk mengistirahatkan logika. Lalu membiarkan ruang-ruang gila dalam pikiran untuk menunjukkan keegoisannya. 

HIJAUUUU. Warna favoritku terhampar luas. Merekah di pinggir rel dan meminta untuk segera disentuh. Padi-padi itu merunduk, mengamini lamunanku yang tak bertuan. Dan saat kereta ini berlalu, rundukan tersebut berubah menjadi cekungan. Pilu...Stasiun Klaten-Maguwo-Lempuyangan dan selesai kisah stasiunku hari ini. Berbondong-bondong mencari tulisan "EXIT" dan berharap peruntungan lain yaitu "Trans-Jogja". Namun, nihil. Tidak selamanya menjadi beruntung itu yang terbaik.

Setelah berjalan beberapa ratus meter mencari halte, hanya sengatan matahari yang menyambut. Demi receh yang tersisa, aku memutuskan untuk jalan sehat di siang bolong. Tawaran mulia tukang becak dan ojek tak mengusik besarnya penghargaanku terhadap receh. Dan  seorang tukang ojek yang sama-sama buta pada putus asa menghampiriku.

"Kemana Mbak, Bunderan UGM?"
"Enggak, Pak"
"Lima ribu aja Mbak, Saya ojek termurah di sini"
"Seriusan Pak, kalau Kuningan juga lima ribua doang?"
"Wah kalau Kuningan tujuh ribu Mbak"
"Wah, kalau tujuh ribu, saya pilih jalan Pak"
Bapaknya diam. Lalu mengangkut kardus oleh-olehku. "Yes", aku tersenyum puas. Naek ojek , ngengggggg. Pak Slamet mengantarku pulang ke kos.

Total transportasiku kali ini:

Wonogiri-Purwosari (Bus Raya)                            5.000
Purwosari-Yogyakarta(Sriwedari Express AC)     20.000
Lempuyangan- kos(Ojek Pak Slamet)                   5.000
Jadi totalnya 30.000. hemat 20.000 dibandingkan naik travel 50.000.

Setelah bersua dengan kamarku, rincana mulai kugilir. Makan siang-ke perpus FIB-nglantur. Rencana makan siang dan ke perpus FIB terlaksana. Rencana nglantur ku tujukan ke sebuah toko buku yang susananya 'CIK". Togamass menjadi tujuanku, berburu sebuah profesionlitas, membeli teenlit.

Jumat lalu, aku menghadiri sebuah interview dari sebuah penerbit untuk magang menjadi sebuah asisten editor novel remaja. Namun, karena selama ini jamahan bacaanku terbatas pada komik, buku pelajaran, novel dewasa dan novel fantasi, novel remaja masih harus aku taklukkan! Wajib!

"Biasanya baca buku apa?"
"Semacam karya Dee dan Nasional is Me karya Pandji"
"Wah novel dewasa  dong"
"Iya, target pembacanya memang di atas dua puluh tahun"
"Padahal kamu daftar untuk jadi asisten editor novel remaja lho?"
"Oleh karena itu, beri kesempatan saya untuk belajar, Mas"

Dan kini, aku berada diantara tumpukan novel remaja. Pusing. Sudah pasti. Mau belajar darimana dan bagaimana. Setelah dua jam mempertimbangkan, dua novel remaja dari Bentang Belia aku pilih, Chemistry of Love dan Seoul, I Miss You menjadi temanku sore ini. Teman yang akan membawa mimpiku lebih dekat, tanpa suara. Menilik dunia penerbitan  lebih dekat dan mulai menaklukkannya. Dua novel dan segelas ice choco pahit, pahit dan manisnya sebuah usaha mempertahankan yang katanya idealisme". Aku  tidak cerdas, tetapi aku tidak akan pernah berhenti untuk belajar, a simple way to achieve your dreams.
  





  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar