Kadang suka ditanya, kamu milih panas apa dingin? Kalau boleh serakah nih, saya nggak akan milih dua-duanya. Lha kok? Pernah dengar ada orang yang punya alergi panas dan alergi dingin? Bisa jadi orang itu adalah saya.
Saya yang berasal dari kota panas sekelas Wonogiri, masih suka nggak kuatan sama cuaca panas. Dan jangan ditanya lagi deh dengan cuaca dingin. Tumbang! Namun, kondisi ini nggak bikin saya ciut nyali saat ada teman kantor yang nantangin buat ngetrip ke Dieng bareng-bareng!
Kami berombongan berangkat dari Jogja tujuan Dieng dengan naik 2 mobil. Estimasi perjalanan sekitar 3-4 jam kalau jalanan nggak macet. Saya sudah excited duluan mau lihat perkebunan di Dieng.
Waktu kecil, sempat tinggal di Banjarnegara (dekat Wonosobo) sih sebenarnya. Sayangnya, hanya kebakaran Pasar Wonosobo saja yang masih saya ingat. Sedangkan certa-cerita menyenangkan lainnya, nggak berbekas sama sekali. Meski sedikit, saya masih ada lah ikatan emosional dengan Wonosobo.
Selain ikatan emosional tadi, masih ada 4 alasan lain yang bikin nafsu ngetrip ke Dieng makin menggebu-gebu! Apalagi ngetrip bareng temen kantor. Makin banyak orang, makin rame! Meminjam tagline iklan rokok, "Nggak ada loe, nggak rame!"
1. Mengejar Golden Sunrise Sekunir
Sebenarnya sunrise di mana saja itu sama. Mau di gunung, di pantai, di bukit ataupun dilihat dari gedung pencakar langit sekalipun bakalan sama. Yang bikin beda adalah kalau kamu udah sekitar 1 jam trekking buat melihat sunrise, tapi ujung-ujungnya nggak bisa lihat matahari terbit karena tertutup kabut.
Nah in nih yang bikin beda, rasa kesel. Sedikit kemungkinannya acara melihat sunrise-mu bakal terganggu kabut kalau hunting-nya di gedung pencakar langit. Anggap saja hoki saya lagi nggak bagus hari itu.
Niatan melihat Golden Sunrise, dapatnya kabut dan rasa dingin. Bahkan, saat saya mencoba untuk foto nih, kata teman hasilnya seperti lagi foto dengan background kebun belakang rumah. Fyi, ini gunung ya bukan kebon. Besok-besok sunrise-nya bisa nggak tanpa bonus kabut segala?
2. Telaga Warna "Hijau"
Satu lagi pesona wisata Dieng yaitu Telaga Warna. Kalau kamu coba googling keyword Telaga Warna, bakal muncul foto cakep-cakep nggak seperti foto di atas. Selain faktor nggak jago ngefoto, mungkin cuaca yang nggak bersahabat bikin hasil foto saya biasa saja. Ngeles.
Satu fakta menarik tentang tempat ini adalah air telaga ini bisa gonta-ganti warna sesuai dengan suasana hati, ha-ha. Saya ralat ya, sesuai dengan kandungan mineral dan cuaca. Saat itu, warna danau adalah hijau kalem.
Karena cuaca memang lagi dingin-dinginnya, kami nggak mengeksplorasi area danau. Malahan nih, kami duduk mager sambil melihat rintik hujan dari pinggiran danau. Mitosnya, kalau hujan begini paling syahdu dengerin musik klasik sambil ngopi. Atau kalau nggak, bisa pakai headset sambil baca buku favorit ditemani hujan.
Namun, kamu salah. Karena nggak ada yang lebih nikmat selain makan jagung bakar dan minum teh anget saat hujan begini. Pedagang jagung bakar sepertinya tahu benar bagaimana sih menggoda perut-perut kami yang keroncongan?
Ending-nya saya duduk cantik di pinggir danau sambil ngeliat orang lain makan jagung bakar dan minum teh anget. Puass! Setelah itu langsung balik ke dalam mobil karena nggak kuat dingin. Bisa bayangin dong saat suhu mobil ber-AC terasa lebih hangat daripada suhu di luar? Nah, cobalah ke Dieng atau Wonosobo pada bulan Agustus ya.
3. Berendam di Q'iano Hot'spring Waterpark
Nggak ada yang bisa ngalahin dari nikmatnya berendam di air panas saat cuaca sedingin ini! Pemandian air panas dengan sumber alami ada di Dieng, namanya adalah Q'iano Hot'spring Waterpark. Satu hal yang bikin pemandian ar panas ini unik adalah konsepnya dibuat seperti water park.
Jadi kamu bisa main seluncuran dari ketinggian, lalu nyemplungnya ke kolam air anget. Tiap kolam ada tingkatannya, mulai dari yang air hangat sampai kolam air panas yang tentunya masih bisa ditoleransi oleh kulit manusia.
Karena punya konsep outdoor, kamu bisa melihat pemandangan sekitar saat lagi berendam. Dari sekian banyak tempat, ini tempat favorit saya! Sekarang tempat wisata Indonesia makin bagus dan udah banyak yang berbenah ya.
Salah satunya tempat ini. Semuanya bersih dan nyaman. Nggak beda jauhlah sama onsen di Jepang. Bedanya di sini harus pakai baju dan kalau di Jepang harus telanjang. Duh, jadi bayangin kan gimana jadinya kalau seluncuran saat telanjang. Ups!
4. Makan Kentang Goreng
Ternyata nggak hanya cocok buat nonton film, kentang goreng juga asik buat camilan pembunuh rasa dingin. Saat cuaca dingin begini, kentang goreng rasanya dewa banget. Selepas berendam, kami memesan kentang goreng asli dari Kota Dieng.
Sebelumnya, kami sudah icip-icip semur kentang di area Gunung Sekunir. Semur kentang ini juga nggak kalah enak kok. Harganya juga nggak mencekik, masih di bawah Rp10 ribu. Kami pun menyantap semur kentang dan teh panas.
Hawa dingin Dieng memang kadang nggak bersahabat. Namun, rasa dingin inilah yang bikin Dieng ngangenin. Apalagi kalau kamu udah bertahun-tahun tinggal di daerah yang panas. Dieng bisa jadi setetes angin segar yang menyadarkanmu, "Wah ternyata di belahan bumi ini ada juga ya tempat yang sesejuk ini".
Bujet Ngetrip ke Dieng
Berapa sih bujet ngetrip ke Dieng? Total dengan membawa dua mobil dan 11 penumpang, habis sekitar 2 juta. Sudah untuk uang bensin dan tiket masuk. Berangkat dari Jogja saat malam, jadi bisa terkejar sunrise-nya. Meski gagal sih dapet sunrise. Jadi, kami nggak perlu nyiapin bujet untuk penginapan.
Jangan Sampai Lupa...
Beli carica!!! Oleh-oleh khas Dieng adalah carica. Banyak kok toko oleh-oleh di pinggiran jalan. Dan yang bikin ngetrip ke Dieng itu makin menantang adalah jalanan Dieng itu nggak selo. Curam, naik turun, dan berkelok-kelok. Bagi yang gampang mabuk, bawa plastik yang banyak!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar