2 Agustus 2017

8 Kisah Menarik Selama Solo Backpacker ke Jepang 2017



Setelah mengumpulkan niat, akhirnya postingan tentang solo backpacker ke Jepang 2017  ini selesai juga. Ini adalah kali kedua saya mengunjungi Jepang. Jangan pada ngiri saya ke Jepang ya, karena selalu ada kisah pahit  dan pengorbanan di balik postingan jalan-jalan seseorang. He-he-he. Akhirnya saya berangkat ke Jepang pada tanggal 4 Maret 2017.

Terus tujuan backpacker ke Jepang kali ini kemana saja nih? Saya mengunjungi Tokyo (kebanyakan untuk transit), Kanazawa (Ishikawa), Shirakawa-go dan Gujo Hacihman (Gifu), Nagoya (Aichi) untuk transit, Wakayama, Osaka untuk transit, Ibaraki!

Kalau kamu lihat di peta nih, lokasinya nggak ada runtut-runtutnya. Dan akhirnya waktu saya di Jepang habis untuk perjalanan. Kalau kalian mau menghitung nih, jauhnya saya naik kereta sama saja kalau kamu naik kereta dari Jakarta ke Nusa Tenggara Timur. Dan total jalan kaki saya selama 13 hari di Jepang, seperti total jalan kaki di Indonesia selama setahun. Ini serius dan nggak lebay, nggak percaya hitung sendiri deh^^

Jalanan Bersalju

Sebenarnya tujuan utama adalah Ibaraki dan Wakayama karena ada tugas untuk liputan media. Namun, saya dapat bonus ke Ishikawa,  Gifu, Nagoya, dan Osaka. Shirakawa-go di Gifu adalah destinasi idaman karena pengen banget melihat saljuuu!

 Waktu itu adalah bulan Maret, jadi saya pikir sudah nggak banyak lagi tempat yang masih ada saljunya, jadinya milih ke Shirakawa-go. Dan ternyata, hampir setengah perjalanan saya selalu ditemani salju yang berguguran, khususnya di Ishikawa dan Gifu.  Jadi selama perjalanan selalu merasa kedinginan!

Ini adalah cuplikan beberapa kisah menarik pada setiap destinasi wisata Jepang yang saya kunjungi. Untuk cerita lengkap dan beberapa tips liburan ke Jepang akan saya posting pada tulisan berikutnya ya!

Diganggu Om-om di Kota Transit, Kanazawa di Ishikawa


Saya dan teman dari Malaysia

Ishikawa, khususnya Kota Kanazawa bisa diakses dengan naik Hokuriku Shinkansen dari Tokyo. Seringnya, orang ke Kanazawa karena ingin melanjutkan perjalanan ke Shirakawa-go. Jadinya, kota ini adalah kota transit untuk melanjutkan perjalanan ke Shirakawa-go dengan naik bus. Saat sampai di hostel, saya bertemu dengan backpacker dari Malaysia, Amerika, dan Indonesia yang memang berencana ke atau dari Shirakawa-go. 

Ternyata memang benar, Kanazawa memang lokasinya strategis sehingga sering jadi tempat pemberhentian. Misalnya nih, kamu berencana one day trip ke Shirakawa-go. Bisa naik bus pagi ke sana dari Kanazawa dan sorenya balik lagi. Kalau saya memang berencana untuk stay di Shirakawa-go dan memilih Kanazawa karena ada akses ke Hokuriku Shinkansen dari Tokyo.

Ada satu cerita menarik saat saya hunting foto di area Stasiun JR Kanazawa. Jadi stasiun ini terkenal dengan arsitekturnya sehingga saya nggak mau dong melewatkan kesempatan buat foto-foto. Karena saat itu sedang musim liburan, banyak anak sekolah dan mahasiswa yang ke sini berombongan. He-he-he, lumayan cuci mata! Menurut saya pribadi, dari semua tempat yang saya datangi, cowok Kanazawa ganteng-ganteng! Ganteng cool gitu meski mereka nggak se-fashionable seperti cowok Tokyo, tapi tetep bening-bening. Mungkin macho yang bikin penasaran gitu kayak di shoujo manga.


Oke balik ke topik, karena terlihat seorang diri, tiba-tiba ada dua Om-om mendekati saya.  Duh, saya mau diapain nih. Udah menghafal kata-kata penyelamat dalam bahasa Jepang, "Tasuketeeee" "Sekuharaaaa" dan apa lagi ya? Lalu, seorang Om menyodorkan tangannya.

"Sini saya foto, kamu berdiri di situ". Eya, saya malah difotoin, hasilnya bisa dilihat pada foto di atas! Si Om kayaknya kasihan melihat saya sendiri nggak punya temen. Tenang Om, saya nggak di-ijime (di-bully) kok. Btw, thank you ya Om, maaf sudah mikir macem-macem.

Bertemu dengan Fruit Family di Shirakawa-go, Gifu


Gassho-zukuri di Shirakawa-go

Shirakawa-go terkenal dengan gassho-zukuri atau rumah tradisional dengan atap berbentuk segitiga. Sepertinya nggak perlu saya jelaskan panjang lebar, kamu bisa cari sendiri di internet, ha-ha-ha. Tempat ini paling berkesan karena saya tahu betul arti dari dingin yang bener-bener dingin! Niatnya sih ketemu salju karena penasaran. Setelah ketemu beneran akhirnya saya tumbang juga.

Fruit Family!
 Untungnya, saya bertemu dengan teman baru yang membuat saya betah di sana. Saya bertemu dengan Fruit Family, yaitu Blueberry, Apple, Grape, dan Pineapple! Kami adalah kumpulan backpacker dari Indonesia, Jepang, Vietnam, dan Taiwan yang menginap di Hostel Ant Hut. Karena susah melafalkan nama masing-masing, akhirnya kami mengganti nama kami dengan nama buah.

Saya  pun berganti nama menjadi “Strawberry”. Waktu lagi kenalan, saya sedang memakai turtle neck merah dan lagi makan stroberi ! Benar-benar absurd! Dan lucunya kami sering kontak-kontakan dengan memakai nama ini sampai sekarang!

Sopir Bus yang Merasa Saya Tersesat di Gujo Hachiman, Gifu


The Water City Gujo Haciman

Saya akan membocorkan beberapa alasan absurd yang menjadi latar belakang saya memilih destinasi. Jadi, dulu banget saya pernah tuh nonton sebuah vlog tentang Gujo Hachiman. Menurut vlog itu Gujo Hachiman adalah kota yang terkenal dengan sebutan The Water City karena airnya benar-benar bersih. Bahkan air selokan biasa buat nyuci sayur dan pakaian. Di sini juga ada selokan dengan banyak ikan yang namanya Kogawa Komichi.

Gujo Hachiman Pukul 7 Malam, Sepi Nggak Ada Orang

Saya serasa kerasukan, mupeng banget buat mampir ke sini. Namun, tempatnya memang terpencil dan di atas jam 6 sore sudah nggak ada orang yang berseliweran di jalan. Jelas beda kondisinya dengan Kanazawa, Tokyo, ataupun Osaka yang selalu ramai. Saya jalan-jalan mencari makan sambil terheran-heran dengan lingkungan sekitar.  Saya nemu restoran Italia cukup gede, tamunya cuma saya doang. Mumpung sepi, selfie ah...

Anak Hilang di Gujo Hachiman
Bahkan saking sepinya, sopir bus yang khawatir, sempat mengorek-ngorek informasi, “Anda benar ingin turun di Gujo Hachiman, bukan di Nagoya?” tanyanya sambil menurunkan barang dari bagasi. Saya bilang iya sambil cengengesan. Dalam hati yang terdalam saya juga bertanya-tanya, “Kenapa aku milih Gujo Hachiman ya?”. Padahal banyak orang Jepang yang nggak tahu tempat ini! Ha-ha-ha. Sumpah absurd!

Alih-alih ke Nagoya, Salah Membeli Tiket ke Takayama (Aichi)


Terminal Gujo Hachiman

Saya punya kisah yang nggak jelas lagi nih! Maafkan atas ketidakwarasan saya selama di Jepang. Maklum, saya sudah teler kebanyakan jalan kaki. Dan mungkin Tuhan pengen saya sedikit menderita  dan bisa melihat dunia luar. Jadi selalu ada kisah konyol yang bikin ngakak sendiri.

Jadi rencananya, saya akan ke Nagoya dari Gujo Hachiman. Setelah dihitung-hitung, saya masih punya sedikit waktu nih di Nagoya buat jalan-jalan sebelum keesokan harinya ke Wakayama. Karena Nagoya hanya lokasi transit untuk naik express train ke Wakayama.

Namun, ternyata….. karena lokasi Gujo Hachiman masih pedesaan akses kereta dan busnya susah. Beda dengan cerita di internet dan di web. Saya sampai bertemu dengan pemimpin terminal untuk cari bus atau kereta ke Nagoya. Dengan muka prihatin, dia cerita panjang lebar kalau saya nggak ada harapan hidup. Maksudnya, udah nggak ada bus ke sana bro! Adanya jam setengah empat sore, itupun harus pesan via telepon (saya nggak ada pulsa) nggak tau deh saya sampai Nagoya jam berapa.

Sendirian di Stasiun Gujo Hachiman

Akhirnya, saya memilih jalan terakhir. Naik kereta dengan rute superrrrr panjanggggg. Intinya saya harus ke stasiun dulu, nanti cari kereta di sana.  Saya masih ingat dengan jelas naik bus dengan tarif 100 yen dengan nenek-nenek yang heran, kok ada bule di kota mereka, ha-ha-ha. Trus neneknya tanya mau ke mana? Saya jawab mau ke Stasiun Gujo Hachiman. Si nenek pun ngajakin saya turun bareng. Baik banget kan????

Setelah sampai di stasiun, stasiunnya sedang direnovasi. Itupun hanya ada saya seorang yang nunggu kereta. Sedih! Saya duduk manis ditemani dengan tiga vending machine yang berjejer dengan tenangnya. Akhirnya ada seorang nenek yang datang dan menghampiri saya, lalu bertanya bagaimana cara membeli tiket. Duh, ini semua tulisan pakai kanji, saya bacanya gelagapan. Trus cara membeli tiketnya beda dengan di stasiun besar yang sudah cangih-canggih.

Tiket yang menyesatkan atau saya yang sesat?

Ini belum seberapa dibandingkan kisah selanjutnya, saat saya sampai di Stasiun Minoota. Udah ngomong dengan sangat jelas ke petugas kalau saya mau ke Nagoya dari Stasiun Gifu, eh malah dapat tiket ke Takayama. Namun, melihat orang Jepang kerjanya selalu profesional, sepertinya pihak yang salah adalah saya. Ha-ha-ha, ampun Pak!

Ya udahlah, udah sampai di Nagoya juga nih. Nggak tau deh bagaimana ceritanya ya dengan tiket salah ini kok saya bisa sampai ke Nagoya. Karena waktu itu saya nggak merasa salah dalam membeli tiket. Jadi saya cuma turun dari satu kereta dan loncat ke kereta yang lain. Saking terburu-burunya,  asal dengar kata Nagoya dari pengeras suara, saya naiki juga tuh kereta. Ha-ha-ha.


Ini lho Nagoya

Si petugas stasiun Nagoya yang merasa konyol, mengizinkan saya masuk Nagoya tanpa minta uang tiket lagi. Jadi kalau kamu lihat di peta, Takayama itu ke arah utara dan Nagoya ke arah selatan. Jadi, pasti rutenya benar-benar beda. Namun, mengapa saya bisa sampai ke Nagoya dengan tiket Takayama di tangan? Hanya Tuhan yang tahu karena saya sendiri sadar tiket saya salah setelah sampai di Nagoya. Terima kasih ya Tuhan!

Gagal Lihat Sunset di Engetsu-to, Wakayama Bikin Melo


Wajah melo gagal dapat sunset

Ini nih destinasi yang bikin saya super melo. Perlu kalian tahu, Wakayama adalah salah satu destinasi yang memang ingin saya kunjungi dari dulu. Area ini terkenal sebagai destinasi wisata pegunungan dan keagamaan. Ada Kumano Kodo, situs ziarah yang melegenda.

Ada Air Terjun Nachi, air terjun tertinggi di Jepang dan ada sashimi ikan tuna raksasa. Selain Shirakawa-go, Wakayama adalah tempat paling berkesan! Sumpah, kamu harus ke sini!

Sunset di Engetsu-to Island

Total 3D2N saya berada di Wakayama. Saya bisa bertemu panda untuk pertama kalinya, bisa melihat paus dari jarak satu meter, hingga mencoba pakaian tradisional yang dulunya dipakai untuk ziarah para bangsawan Jepang. Paling kocak saat saya hunting sunset di Engetsu-to Island. Jadi kalau beruntung, kamu bisa melihat matahari tenggelam di tengah lubang pada kedua batu ini. Setelah menunggu selama satu jam di bibir lautan (hampir nyemplung  ke laut juga), ternyata saya salah milih tempat. Akhirnya, saya hanya dapat foto ini saja nih. Mungkin tandanya, saya harus ke sini lagi kali ya?


Hampir Nggak dapat Hostel di Osaka



Saya berangkat dari Wakayama saat sore hari, sehingga sampai di Osaka sekitar jam 8 malam. Dan tahukah kamu, hostel tempat saya menginap tutup tepat saat saya sampai di depan pintu penginapannya! Jadi pemiliknya udah siap-siap cabut, tapi sempat melihat saya. Ternyata eh ternyata, dia nggak tahu kalau saya bakal menginap hari itu.

Sekali lagi Tuhan baik nih sama saya. Kalau telat semenit saja, mungkin saya sudah bobok cantik di emperan di tengah suhu 2 derajat celcius! Mampus nggak lho! Untungnya saya selalu print bukti booking dan si pemilik buru-buru nyiapin kamar.


Saya sedikit nyeletuk dan basa-basi, bisa dapat kamar private nggak? Niatnya sih share room tapi nggak ada cowoknya, tapiii…saya dapat satu kamar tatami buat seorang diri! Baik banget nih si pemilik ha-ha-ha. Jadi di dalam kamar ini ada penghangat ruangan, heater dari AC, TV dan kamarnya sangat luas. Sedikit saran, kalau musim dingin lebih baik nggak menginap di kamar tatami, karena dingin bangetttt!

Saya pun dibantu pesan taksi, karena harus ke Bandara Kansai jam 2 pagi. Yup, saya harus siap-siap terbang ke Tokyo lagi. Jadi nggak naik shinkansen dari Osaka ke Tokyo, tetapi naik pesawat karena lebih murah.

Drama Kejar-kejaran dengan Waktu di Tokyo

Nunggu bus ke Dieng, eh, ke KIX

Bandara Haneda di Tokyo menjadi transit selanjutnya karena saya akan melakukan perjalanan ke Ibaraki. Kala itu, saya ada janji untuk bertemu dengan teman-teman media trip di Bandara Narita. Karena saya naik pesawat dari Osaka tujuan Haneda, jadi mau nggak mau harus naik bus dari Haneda ke Narita. Saya hanya punya waktu 30 menit untuk mengambil bagasi dan mengejar bus ke Narita.

Bayangin ya, saya lari-lari mengejar bus karena bus ke Narita ini sudah mau berangkat 5 menit lagi. Kalau sampai telat, saya harus menunggu satu jam lagi! Artinya, saya bakal telat ketemu dengan teman-teman media trip selama 2 jam. Bisa dibunuh juga nih saya sama bos kalau sampai telat. Rasanya pengen nangis nunggu bagasi lama bangettttttttttttttt kayak setahun.

Udah ada rencana tuh bagasi saya tinggal, bodo amat yang penting nggak telat. Toh semua dokumen, laptop dan kamera ada di tas kecil yang saya bawa. Untungnya, bus terkejar kok, saya lari bawa tas gede mengejar bus seperti di sinetron. Dan staf bus cuma melongo karena saya ngomong dengan nafas putus-putus. “NA-RI-TA-KU-KOU"

Endingnya saya tidur cantik di dalam bus selama perjalanan. Rasanya nyawa saya sudah melayang-layang. Saya cuma tidur dari jam 10 hingga jam 1 pagi. Habis itu naik taksi, nunggu bus, nunggu pesawat (tidur di bandara), trus ngejar bus lagi. Saya nggak bisa benar-benar tidur karena takut ketinggalan bus atau pesawat.

Dan ini belum berakhir, saya punya waktu 5 menit untuk mencari rombongan di Bandara Narita. Sekali lagi, nggak boleh telat jadi saya lari lagi nih dari bus stop ke meeting point. Ini adalah pengalaman paling berkesan yang nggak akan saya lupakan seumur hidup. Betapa satu menit itu sangat berarti di Jepang, nangis darah juga nih.

Wah, Ada Helikopter JSDF Mendarat di Danau Kasumigaura, Ibaraki!


Kasumigaura Lake Cycling Tour

Ibaraki menjadi last stop saya nih. Sama seperti Wakayama, Ibaraki masuk sebagai destinasi favorit. Awalnya sempat mikir ada apa ya di Ibaraki? Setelah sampai di sana, banyak banget yang bisa dilakukan.Paling berkesan adalah ikut cycling tour dengan teman-teman dari Jepang, Indonesia, dan Thailand! Kami bersepeda di sekitar Kasumigaura Lake dan Mt. Tsukuba!!! Sumpah keren abis! Saya memang suka bersepeda, jadi makin menikmati cycling tournya.


Helikopter JSDF

Saya juga sempat melihat latihan JSDF  (Japan Self-Defence Force) atau Pasukan Pertahanan Jepang yang latihan melakukan pendaratan helikopter di atas Kasumigaura Lake. Saya terharuuuuu dan teriak-teriak karena bahagia. Maklum, saya suka hal-hal berbau militer dan sering lihat drama tentang JSDF. Dan sekarang bisa melihatnya sendiri secara langsung. Melihat helikopter super gede itu pelan tapi pasti mendarat di atas permukaan danau. Pengalaman ini pun menjadi salah satu alasan mengapa Ibaraki sangat berkesan untuk saya. 

Ini baru beberapa cuplikan perjalanan saya ke Jepang. Mana nih cerita paling berkesan untukmu? Saya masih punya kisah kocak lainnya, tunggu postingan selanjutnya ya!  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar