15 Maret 2014

Kursi Kosong yang Menanti dari Masa Lalu


Kursi Kosong yang Menanti dari Masa Lalu
Saya rindu sosok kosong dari masa lalu.
Merindukan sosok pemarah, acuh tak acuh, tetapi antusias! Rindu berkencan dengan pembuat onar dalam diri. Kata Emak, dia bersedia mencintaiku, apapun rupaku, meski rupa tikus! Kata Ayahku? Ia tak pernah berkata apapun, kecuali aku cantik. Bahkan sampai terakhir kali kami bersua, ia tak pernah berikrar bahwa ia mencintaiku. Ia lebih senang bersua tentang Antasari atau Persebaya, bukan aku. Sementara aku, lebih suka mengacuhkan setiap pesan singkatnya dibandingkan meneleponnya. Lalu menghujat, "Bapak, apa Kau cinta padaku?". Setelah meninggalkan kami dan mengutusku sebagai anak perempuan pertama, sosok kosong itu lenyap bersamanya. Jiwa kekanak-kanakan yang dititipkannya, turut dibawa pergi. Jika diterjemahkan dalam bahasa sosial, aku lebih manusiawi dengan sendiri.