19 November 2013

Little Traveller : Gunung Api Purba Nglanggeran




Hey guys, this is my first time blogging in English. I think my grammar is creepy! So, just enjoy my pictures and my story. I and my friends, Junki and Win-win went to Gunung Api Purba Nglanggeran in Pathuk, Gunung Kidul, Yogyakarta. Yogyakarta tourism is not always about Malioboro, Keraton and Paratritis Beach, isn't? Actually,  Yogyakarta have many beautiful sightseeing such us Mt.Merapi and Gunung Api Purba Nglanggeran. I'am too afraid to climb Mt. Merapi. Because of this reason I went to Nglanggeran and hiking!Nglanggeran is not volcano. Really save to hiking there. We took motorcycle from Sleman to Nlanggeran. We bought ticket 5 IDK/person (in 2013). 


7 Oktober 2013

Penjajahan Tuan


Saya punya sebuah cerita. Cerita ini murni indah. Cerita yang telah berlumut jauh di dalam memori. Saya bukan tipe pengingat ulung, hingga suatu saat saya takut bahwa Tuan adalah anonim yang saya lupa. Bahwa Tuan pernah singgah dan mengelus hati saya dengan pelan. Bahwa suatu ketika Tuan mampir, mengetuk logika dengan warna baru. Tuan membuat saya jauh lebih hidup, mengenal  penghargaan dan subjektivitas. Saya lebih tahu daripada Tuan, ini cukup mempersulit. Saya sering menawar dan terus-menerus gagal. Cukup jenuh untuk tahu apa Tuan memang benar-benar ada.

Suatu malam, Tuhan pernah menegur saya dalam sebuah mimpi "Dia bukan jodohmu", kata Tuhan, lalu saya terbangun dengan gemetar dan berdoa kembali "Tuhan, semoga dia menjadi jodohku".

Saya selalu nekat dan bergerak di luar nalar. Saya khawatir jika menyerah sekarang, itu benar-benar menjadi usaha terakhir saya untuk Tuan. "Tuan, mungkin Anda seorang pelupa. Anda melupakan hal-hal penting yang masih belum terjawab, saya".

Apakah saya belum cukup sempurna untuk meyakinkan Tuan bahwa ini benar-benar terjadi? Apakah saya harus menjadi goblin-goblin aneh dan mengerjakan lelucon setiap pagi. Saya sudah menyerah menjadi pelawak sejak kecil, tapi berpapasan dengan Tuan, seketika saya menjadi pelawak jadi-jadian. Melawak dan menghilang lagi, "Menatapmu itu suatu anugerah, meski jauh dan lelah" .

Saya tak pernah mengeluh bahwa segalanya akan menjadi melelahkan, tetapi jauh melelahkan melihat Tuhan berharap dalam diam. Tuan membisu dan membiarkan saya sendirian sekali lagi. Ini bukan final, mungkin, karena saya masih di tempat kemarin, Tuan. Saya masih di tempat yang sama di mana Tuan duduk sejak tiga tahun yang lalu, menunggu.

"Tiga tahun telah menjadi bukti bahwa waktu bukan masalah. Waktu adalah langkah indah untuk menyatakan rasa suka saya kepada Tuan".

"Asal Tuan tahu, di sini masih sepi. Tuan, apakah Anda seorang pemalas?"

Memori-memori ini saya susun kembali, meski tidak lagi runtut! Saya menyesalinya, dari sekian banyak hal kebaikan, entah bagaimana hanya ada ketololan kita. Hanya hal-hal kecil yang masih tersisa, hingga alasan-alasan penting telah lenyap. Saya benar-benar lupa sejak kapan saya kecanduan Tuan.

"Mulut ini mengunci, badan ini telah lumpuh, entah bagaimana caranya, matamu selalu terbaca oleh mataku yang memandangmu dari belakang"-Bangcok

21 September 2013

Mangafest 2012 : Janji yang Kutepati Beb!

Persembahan Mangafest untuk kita

Mangafest 2012 boleh saja telah berlalu? Namun, jangan heran kawan, ingatan itu akan terus mematung di otak saya. Peristiwa ajaib! Andaikata bisa dimasukkan dalam skripsi sejarah, pasti akan saya jadikan pilihan pertama. Peristiwa yang membuat saya kalang kabut, menangis, marah, nekat, stres tentunya. Acara yang membuat saya mabuk kepayang tanpa 'ngombe', ngumpat setiap berapa jam sekali, membuat saya jatuh miskin berlarut-larut. Namun, apa saya menyesal?Tidak! Saya tertawa lebar saat acara selesai.

16 September 2013

Napak Tilas Penjelajahan UFO


"Menjadi kanak-kanak sepertinya bukan hal yang buruk. Lagipula aku terlalu jenuh mempertontonkan segala ketidaksukan, aku ingin tumbuh menjadi kanak-kanak sekali lagi..."


Untuk dekat dengan anak-anak, kita harus menjadi anak-anak terlebih dahulu


Meskipun sesi sibuk cukup melelahkan, tidak dapat dipungkiri bahwa UGM benar-benar membutuhkan KKN(Kuliah Kerja Nyata). Bangku kuliah tidak menjamin, bahwa intelektual-intelektual ini mampu bertahan di masyarakat, KKN mengajari saya banyak hal. Masyarakat mendidik saya secara manusiawi dengan cara yang kadangkala sulit untuk diterima, tapi di tempat KKN pula saya belajar maklum.

24 Juni 2013

KONSUMSI ‘PRESTISE’ PADA MOTOR ‘RASA’ BATIK
(Konsumsi Gaya Hidup Intelektual ‘Baru’)

Sumber gambar: portalberitanews.blogspot.com

Masyarakat Komunal dan  Monopoli Selera 
Status sosial masyarakat Indonesia dikenal luas sebagai masyarakat komunal, masyarakat  yang menjunjung tinggi hasil pencapaian bersama. Status yang pada hakikatnya tidak bermakna baik dan buruk, tetapi pada realitanya berusaha untuk menampikkan dilema. Di dalam masyarakat komunal, suatu individu ataupun benda akan memiliki ‘nilai’ jika telah diamini dan disahkan oleh masyarakat.  Individu harus mampu memahami penempatan diri yang tepat, jika mengharapkan adanya pengakuan. Siklus ini disadari ataupun tidak menyebabkan pengklasifikasian kelas yang semakin nyata.  Masyarakat dengan sendirinya menciptakan indikator kelas, apakah seorang individu masuk kelas atas, menengah dan kelas bawah. Dengan adanya indikator ini, jika suatu individu memiliki kemiripan terhadap suatu kelas, masyarakat akan memasukkan individu tersebut dengan ciri kelas terdekat. Salah satu indikator yang sering menjadi acuan yaitu selera konsumsi.

22 Mei 2013

"Kutukan Entah"



Wahai malam yang budiman, hari ini 'entah' menjengukku lagi. Radang gila mengutukku, sedikit demi sedikit menggrogoti kewarasanku yang tinggal seperempat. Terlalu banyak kelebat-kelebat minta tempat, menjadi pungli dalam diriku sendiri. Hari berayun-ayun manja, minta digoda lalu mendurhakai diriku yang sudah kelewat simpati. Saya punya mimpi, tetapi mimpi saya tidak pernah berbunyi jelas. Kadang-kadang berbunyi vokal setengah konsonan atau vokal cadel sedikit basah. Apakah dunia mengerti? Tidak, dunia akan saya biarkan buta sampai mampus, karena dunia tidak butuh manusia dengan kewarasan seperempat.Ranjau yang terasah bertahun-tahun, saya lempar ke arah musuh yang memantul dari kaca. Entah sejak kapan anak ingusan ini duduk manis menjadi pujangga, sesekali menggurui para pemalas dengan teori semalam jadi, dan memberikan sedekah kosong yang diamini. Saya khilaf kepada entah!

Seringkali, menertawai orang-orang yang lari dengan setelan kemben, sarung atau celana tanpa jahitan. Mereka hanya berlari dengan kekuatan spontan, bukan demi mimpi-mimpi tolol saya. Menjadi dewasa berarti tidak lagi membutuhkan sanjungan, penjilat amatir, ataupan teman titipan. Pada akhirnya Anda akan  menolong diri Anda sendiri. Kini, saya tidak lagi takut pada gelap ataupun hilang nyali. Karena ketakutan terbesar, yang selalu saya pendam selama ini adalah fakta bahwa kehadiran saya di dunia ini tidak memiliki arti apa-apa. Tidak mampu merubah apapun. Tetangga saya akan tetap miskin seperti dulu, bahkan miskin berlarut-larut! Saat anak-anak kecil tumbuh dewasa secara instan, saya mungkin masih berkutat pada teori-teori yang menumpuk di kepala. Selamat Datang Zaman Gila!!! Entah telah mengutukku!!!    

10 Maret 2013

Yogyakarta Mengajar(i)Ku

Pasutri bersepeda di Jalan Malioboro, (10/03)

"Meski bersepeda dalam arah yang sama, tapi Anda akan selalu menatap saya bukan? Bukan bangunan mewah itu, bunga-bunga segar ataupun rasa manis yang ada dalam sorot mata Anda, tetapi tetap saya kan? Jalanan seperti inilah yang saya SUKA dari Anda!" 

1 Maret 2013

I Want to be Amnesia!




I & MY MOM

"Saya tentu bisa mencintai, tapi tidak dengan bibir. Tidak pula dengan pikiran, isyarat-isyarat, ataupun peduli. Peduli itu kadangkala perlu bersembunyi, jauh dan diam bersemedi. Seberapapun lalu-lalang mengucapkan  salam, saya akan tetap diam, tanpa suara, dan terus mengagumi. Karena rumus-rumus sosial itu terlalu sulit, kadangkala  menimbulkan tanda tanya baru. Ya, "ucapanku memang sulit untuk dieja", andaikata bahasa asing, mungkin tidak ada terjemahannya. Jadi jangan berharap untuk menebak-nebak ataupun berprasangka, cukup "putus asa-LAH".   Dan Anda tidak akan tahu, bahwa sekarang telah menjadi esok. Dengan cara ini, saya terus membisu, menertawakan Anda dalam frustasi. Terus mematai-matai perasaan sendiri, lalu menelantarkannya. Dengan ketololan inilah, peduli yang lain menjemput saya, memberikan sepoi-sepoi, dan menyiram saya dengan air dingin. Dengan siraman air dingin itulah, sesekali saya takluk, berontak sedikit, lalu mengadu kepada pena".

Saya pernah menulis sebuah cerpen saat duduk di bangku SMA. Saya persembahkan untuk seorang perempuan yang selalu meminta saya, untuk memanggilnya sebagai "Mamak".  Perempuan yang namanya selalu tertulis dalam rapor ataupun akta kelahiran saya. Seorang perempuan yang seringkali memijat kaki saya, jika saya terkapar di atas kasur. "Mamakku".

Cerita ini  meraih juara terbaik kedua se-karisidenan Surakarta pada tahun 2009 dan dimuat dalam majalah kampus UMS yang benama Campus English Magazine. Cerita ini sukses bukan karena ke-genius-an sang penulis, tetapi semata-mata karena cerita akan  kasih sayang seorang Mamak. Tulisan ini benar-benar untuk Anda Mamak, hanya untuk Anda! Sampai saya harus bersimpuh memeras otak, agar Anda bangga dengan tulisan saya. Agar Anda tidak menggadai saya dengan anak lain yang jauuuuhhhhh luar biasa. Agar Alm. Bapak selalu punya cerita ketika ia kesepian. Agar kita tetap hidup seperti ini dalam diam.  Dan saat Anda yang tidak bisa berbahasa Inggris bertanya apa isi dari cerpen ini,

"Dengan singkat tanpa menyebut arti Anda bagi anakmu ini, saya menjawab, "PERSAHABATAN".


8 Februari 2013

Novel Remaja & Ice Choco


Sahabat saya sore ini,  novel remaja dan Ice Choco

Perjalanan Wonogiri-Yoyakarta tidaklah memakan waktu panjang. Namun, perasaanlah yang membawaku berlalu dengan berat. Kehilangan seseorang seperti halnya mimpi buruk. Saat Anda terbangun, Anda berharap bahwa hal tersebut tidak benar-benar terjadi. Dan saat Anda berjuang berargumen dengan waktu, kebahagian-kebahagian itu telah dicuri. Keserakahan membuatku tidak merasa lebih baik. 

Lima hari menyambut  kerinduan Ibu dan Adik Tercinta merupakan titik balik. Sebuah jalan menyusun puzzle rapuh karena ketidakiklasan. Berlarut-laurt memang bukan solusi dan bukan pula pelarian. Ketegaran itu, selalu Engkau ajarkan padaku, Ibu. Senyum dan doa itu membuatku buta pada putus asa. Dalam rupiah Engkau tegakkan kerja keras. Dan dengan rupiahmu, aku kembali ke Yogyakarta. Menyambut siang.

23 Januari 2013

" I Want to be Alien"


“I want to be Alien”



 “Mungkin sulit untuk mengalahkan musuh, tapi mudah untuk mengalahkan diri sendiri-kode etik samurai”, (de Mente, 2009 : 76)

Setiap manusia  terlahir  dengan impian kesempurnaan dan keabadian empiris. Mencoba tuli dengan kecacatan dan terus bergerak  lari dari  polemik dan anarki dalam sebuah ruang. Mencoba meraba-raba sekat, berbaur dengan sakti lalu berimitasi demi bertahan hidup. Mengolah pikir dan bersimbiosis dengan rasa, mengelabui nurani. Manusia tercipta dengan segala macam risiko yang telah mereka catat dalam jalan masa depan. Kekuatan manusia sesungguhnya bukanlah apa yang dikatakan oleh sosial. Namun, bagaimana seorang pribadi mampu mengelabui kekosongan ‘makna’,  lalu menggores takdirnya sendiri dengan rasa bangga tanpa sesal.  Membentuk pribadi yang murni, pribadi yang berani berbeda dari orang lain. 

18 Januari 2013

Ilmuan ala Roman Picisan

Salam Buku!
Salam Masa Depan!
Salam Para Penulis!
Salam Pohon Jati !



Wahai malam yang budiman, gelapmu menambah gundah. Pikiran tak bertuan ini berontak menuntut kepastian. Masa depan hanyalah 'soal', dan saya tetaplah saya. Pemudi yang haus dengan ilmu dan keperkasaan logika. Hidup itu indah tanpa ada untaian-untain celoteh yang tertuang di atas kertas. Terus beranak pinak menuntun saya pada jurang 'sesat pikir'dan terus memaki masa lalu. Saya hanya ingin menjadi Ilmuan!!!

Masih segar diingatan saya, saat menempuh pendidikan di SD. Kegilaan saya terhadap sains tidak dapat terbendung lagi. Boleh saja nilai matematika saya buruk rupa, tapi jangan tanya nilai Fisika dan Biologi saya kala itu, 95 adalah nilai minimal. Semua orang membaca masa depan saya dengan pasti, 'Ilmuan".
Beragam percobaan telah terlaksana. Okulasi, hidroponik tanaman anggrek, penelitian pencemaran air sampai kecepatan cahaya bukan lagi hal baru. Pembuktian bahwa produk deterjen bermerek Rin** adalah

6 Januari 2013

Sang Pemburu Buah


SALAM MAHASISWA!

SALAM PETANI!

SALAM BUAH!



Selamat malam mahasiswa-mahasiswi yang budiman. Di malam bertabur hujan kali ini,  saya akan berceloteh mengenai hal yang muluk-muluk saja. Tema yang biasanya bikin ngantuk di Gedung Miring sana, akan saya coba angkat dengan cara yang berbeda, lalu  di komparasikan dengan kisah pribadi anak kampung teladan yang hidup di Kota Yogyakarta. Yeah...Inilah kisah Dewi, Sang Pemburu Buah.

5 Januari 2013

Kamikaze, Misi Sekali Jalan untuk Mati

"Kami mati untuk tujuan besar negara kami"

Foto sebelum berangkat menjalankan misi bunuh diri
Coretan-coretan yang saat ini duduk menemani saya, membuat saya untuk terus bercerita. Mengisahkan tentang "dia" dan berteriak keras-keras 'KITA BUKAN APA-APA". Saya sering dicap pengkhianat karena peduli dengan mantan penjajah itu. Tidak memiliki simpati dengan budaya bangsa. Menutup mata dengan sejarah perang, lalu menggadainya dengan hiburan. Sayangnya, kali ini anda salah menebak. Karena dari penjajah inilah saya belajar untuk mencintai negeri ini dan memandangnya bukan sekedar 'nitip' lahir.           

"Bangsa kita tak boleh terburu-buru mencari kematian", (Teruo)


Jepang, saya akui lagi-lagi anda membuat saya iri. Saya tidak iri dengan canggihnya Shinkansen, fashion-fashion anda yang mendunia, dan alat-alat elektronik anda yang berjubel di rumah saya.  Karena entah sudah sekian kalinya, anda membuat saya memutar kepala keras-keras. Bagaimana anda dapat membuat saudara-saudara anda yang berbeda-beda untuk mempercayai dan menyakini. Membuat mereka  memperjuangkannya hingga nyawa mereka habis dan berharap dilahirkan kembali untuk meneruskan perjuangan. Berharap nyawa mereka dipecah-pecah demi efisiensi pencapaian. Saya iri dengan saudara-saudara anda yang berani menulis ini di sela-sela Perang Dunia II,



"Saya akan menjadi perisai bagi Yang Mulia dan mati dengan bersih bersama komandan skuadron dan rekan-rekan saya. Saya berharap dapat terlahir kembali sebanyak tujuh kali dan berulang kali menghancurkan musuh", (Isao Matsuo)

Tentu saja, jasad mereka sudah menjadi abu di Lautan Hawaii, Manila, Korea, Iwo Jima dan Okinawa, tetapi jiwa-jiwa mereka masih hidup dalam surat-surat terakhir. Surat yang mereka tulis sebelum mejalankan misi untuk mati yang mereka yakini dengan teguh, tanpa keluh dan diiringi dengan rasa bangga. Mereka adalah saudara-saudara yang mengajukan diri dan terpilih untuk melindungi anda dan untuk melindungi Yang Mulia Kaisar. Mereka yang masih berusia 20 tahunan dan sukses membungkam bangsa barat. Mereka yang memutuskan untuk mati sembari menggenggam foto keluarga, kenangan bunga ceri di musim semi dan bendera matahari terbit. Demi lahirnya Jepang baru yang lebih baik.
"Satu-satunya pembenaran untuk mengikuti ketentaraan ini adalah kesempatan yang diberikan untuk mati bagi negara", (Teruo Yamaguchi). 
Boleh saja Amerika memenangkan Perang Dunia II, tetapi mereka harus banyak belajar kepada Jepang. Saat Pearl Harbour hancur pada 7 Desember 1941 bukan karena kode-kode Jepang yang sulit ataupun keterlambatan berita yang memukul telak Amerika. Namun, bagaimana mungkin sekitar seribu orang pilot bersedia untuk mati dengan jalan seperti itu, bunuh diri dan menjadi pahlawan.  Amerika tidak menyadari atau mungkin acuh terhadap kekuatan 'keyakinan' bangsa Jepang terhadap leluhur, terhadap Dewa dan Kaisar. Mereka tidak menduga bahwa ribuan pemuda mengajukan diri untuk bergabung dalam trik Kamikaze (Dewa Angin). Kamikaze merupakan sebuah taktik sekaligus satuan pasukan udara Jepang yang memiliki misi bunuh diri dengan menabrakkan diri di kapal-kapal musuh. Mereka yang membawa 250 kg bom dalam pesawat yang sewaktu-waktu dapat meledak dan harus mati di kapal musuh. Siapa lagi yang  mau melakukannya, kalau bukan Kamikaze?
"Kekhawatiran terbesar saya bukan terhadap kematian, tetapi bagaimana meyakinkan diri bahwa saya dapat menenggelamkan kapal induk musuh" (Susumu Kaijitsu)

Dan saat saya menonton video pertempuran antara Amerika Serikat dan Kamikaze, tentara Amerika tampak seperti main game yang menembaki pesawat dengan jumlah sedikit, pesawat yang diawaki  oleh pemuda-pemuda siap mati. Lalu, mereka yang berbicara atas nama dunia, mencari pembenaran untuk merusak bangsa lainnya. Mereka yang melempar wacana demi kedamaian dunia dan embel-embel lain dan terus memulai perang baru. Bukankah kemakmuran yang menjadi cita-cita anda, lalu untuk apa perang? Dan saat ini saya mulai iri dengan Jepang sebagai remaja yang memperjuangkan keyakinannya. Potongan-potongan surat Pilot-pilot Kamikaze yang membuat saya terus bertanya 'mengapa?'

"Sekarang saya hidup dalam dalam mimpi yang esok hari  akan membawa saya pergi dari bumi", (Ichizo Hayashi)
Sumber:  KAMIKAZE PASUKAN UDARA BERANI MATI JEPANG PADA PERANG DUNIA II